Jumat, 15 Juli 2011

Antara Kenangan Dan Taqdir


“ Sesungguhnya setiap Manusia mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah bahagia...... “
(Shahih Muslim).

Apa yang terlintas di benak kita pada sebuah kata, yaitu: “kenangan”? jawabannya mungkin Manis ingin merasakannya kembali, Pahit hanya tuk dijadikan Kenangan, kebersamaan kita kepada orang-orang yang pernah singgah di masa lalu sepertinya tak akan hilang. Mereka akan meninggalkan jejak-jejak kenangan di hati. Dan hanya kenangan-kenangan indahlah yang senantiasa ingin dimunculkan kembali bersama senyum yang terukir meski sedang sendiri. Sementara kenangan-kenangan yang pahit sebisa mungkin untuk membuangnya jauh-jauh.

Setiap memasuki fase baru dalam kehidupan, pasti ada fase yang telah kita lewati sebelumnya. Baik itu bersama Keluarga, Teman, Sahabat, Pacar ataupun manusia dengan alam sekitarnya. Adalah sangat amat penting untuk memberikan tempat khusus kepada masa lalu dan kenangan, terlepas dari apakah itu kenangan indah atau kenangan tidak indah, untuk itulah kita wajib memaknai dan menghargai hidup dengan sebaik-baiknya.

Mengingat kembali kenangan membuat kita merasa hadir dan kembali ke masa-masa di saat kita menjalaninya dulu. Masih jelas teringat di otak kita kenangan indah pada masa kanak bermain dan menangis bersama kawan sepermainan sampai pada detik-detik terakhir pada setiap masa-masa peralihan hingga sekarang. ketika seseorang mengatakan: hei, aku teringat dulu aku pernah sama-sama belajar di pesantren dengan dia, hei, dulu aku pernah suka padanya, Atau, hei, kita kan pernah sama-sama bekerja diperusahaan  itu. terukir manis senyum di bibir yang mengilustrasikan bentuk kebahagiaan sekalipun itu pahit maka jika kita telah melewatinya akan terasa indah untuk dikenang.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak akan pernah tahu (menghargai) apa yang kita miliki sekarang sampai kita kehilangannya. Yang menjadi special meskipun kenangan itu buruk sekalipun namun kita tetap merasa indah bila mengenangnya adalah, “karena kenangan tidak akan pernah terulang kembali dan akan mejadi batu loncatan untuk dapat hidup lebih maju di hari ini dan hari yang akan datang. Menjadi sebuah kenangan, history, yang akan melengkapi kekinian kita dan membekali masa depan kita”.

Satu hal yang mesti kita hayati, dalam al Qur’an Allah berfirman: “Tak akan ada suatu apapun yang menimpa kita kecuali apa-apa yang telah Allah tuliskan untuk kita”.

Antara Kenangan dan Taqdir tentu mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya bagi masa depan yang akan kita tempuhi. “Yesteday, Today and Tomorrow” mereka adalah satu saudara yang tak dapat terpisahkan oleh angin puting beliung sekalipun. Bagaimanapun manusia tidak akan pernah lepas dari masa lalu dan masa depannya. Toh manusia sudah ada garis hidupnya kan.., lantas bagaimana?.

Firman Allah: “ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikaan itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-Hajj: 70). Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhuma berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda, ” Allah telah menulis ketentuan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selang waktu lima puluh ribu tahun.” (HR. Muslim). Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata, “Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud). Subhanalllah.

Dalil di atas menunjukan bahwa takdir segala sesuatu sudah ditetapkan Allah sebelum terjadinya segala sesuatu. sudah ditetapkan dan tidak akan berubah dalam dimensi Allah ( ketetapan takdir berdasar ilmu ajali Nya, tidak satupun makhluk yang tahu termasuk Kontingen MalaikatNya sekalipun). diantara bentuk ikhtiar ialah doa, dan dengan doa takdir dapat berubah, dengan berbuat kebajikan dan Saling menjalin silaturahmi antar sesama insan umur bisa bertambah panjang dan Pintu Rezki dibuka selebar-lebarnya.

Jangan pernah menyesal pada kenangan ataupun peristiwa apa saja yang pernah kita alami (sekalipun itu pahit), terhadap apa yang menimpa diri kita (sekalipun perih). Kata Nabi, “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan jangan kamu malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya). karena ucapan”seandainya” itu akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim).

Itulah takdir dalam dimensi manusia, sesuatu yang sudah dipastikan akan terjadi yang secara logika tak mungkin tertolak, misalkan ada orang yang sakit dan menurut dokter tinggal menunggu waktu saja ajalnya dan tidak mungkin disembuhkan lagi penyakitnya. Tapi, dengan doa dan ikhtiar yang tak putus siapa tahu terjadi keajaiban dan yang bersangkutan ternyata sembuh. Inilah maksud doa yang juga merupakan ikhtiar manusia mampu menolak atau merubah takdir.

Masa Lalu, Masa Sekarang dan Masa yang akan datang akan menjadi tonggak awal untuk kita melangkah lebih Maju. Langkahkan kakimu dan berpeganglah pada suatu kebenaran Islam yang selalu kita yakini. Yakinlah. Taqdir baik maupun taqdir buruk semuanya adalah baik untuk kita. Kullu maa qodarallah Khoir, InsyaAllah.

Wallahu a'lam.



posted : http://www.eramuslim.com/oase-iman/muhammad-hafizh-el-yusufi-antara-kenangan-dan-taqdir.htm

Jumat, 08 Juli 2011

Kembangkan Sayap Sholatmu



Suatu hari seorang pemuda yang sedang dilanda problematika hidup datang ke sebuah pesantren untuk meminta nasehat pada seorang ulama, pemuda ini sampai di pesantren pukul 13.30, setelah melakukan sholat dzuhur kemudian pemuda ini menemui Mu’allim dan bercerita tentang masalah yang dihadapinya, Mu’allim kemudian bertanya :
Mu’allim : " Tadi sholat dzuhurnya jam berapa "
Pemuda : " Saya barusan saja sholat dzuhur "
jawab pemuda yang memang baru datang ke pesantren pukul 13.30, dan baru saja melaksanakan sholat dzuhur.
Mu’allim : " Pantes, pertolongan Allah jauh bener, jarak Allah dengan kamu seberapa deket sama Allah waktu sholat ", kemudian pemuda ditanya lagi.
Mu’allim : " Tadi sholat dzuhurnya berapa rokaat "
pemuda tahu kalau ini bukan pertanyaan, sebab siapa saja pasti paham kalau sholat dzuhur itu empat rokaat.
Pemuda : " Empat rokaat ", jawab pemuda
Mu’allim : " Jadi tadi empat rokaat sholatnya "
Pemuda : " benar ya mu’allim "
Mu’allim : " Pantes, sholatnya tidak ada sayapnya, sholat dzuhur yang bener itu delapan, dua qobliyahnya dan dua ba'diyahnya ". kemudian muallim bertanya lagi,
Mu’allim : " Burung, burung apa yang dia punya sayap tapi dia tidak terbang , ada dua, kata muallim
1. Burung tau tidak kalau dia punya sayap, kalau dia tau dia punya sayap tapi dia       tidak pakai kedua sayapnya untuk terbang itu namanya burung MALAS.
2. Burung tau tidak kalau dia punya sayap, kalau dia tidak tau bahwa dia punya         sayap, padahal sayap itu nempel di badannya, lantaran itu juga dia tidak terbang, itu namanya burung BODOH ".
Mu’allim : " kamu termasuk yang MALAS atau termasuk yang BODOH "
Pemuda : " subhanalloh, hari itu saya belajar tentang satu dosa, dosa tauhid bahwa tidak berdiri La Ilaha Illa Allah tanpa Muhammad Rosulullah, tidak berdiri yang wajib tanpa yang sunnahnya, bener2 saat itu saya beristighfar pada Allah, Ya Robb maafin saya, solusi saya kejar diriMu tidak saya kejar, jawaban saya buru Engkau yang mempunyai jawaban saya lalaikan, saya punya yang wajib berantakan apalagi yang sunnah". sesal pemuda dalam hatinya.
kemudian muallim bertanya lagi
Mu’allim : " Sudah dicari kemana saja itu urusan "
Pemuda : " Kemana saja sudah saya cari "
Mu’allim : " Ya sudah, sekarang cari di kamar, kalau di kamar nanti diantar sama Allah "
Serahin sama Allah semua urusan kita, sudah beres yang wajibnya, qobliyah dan ba'diyah juga beres, tambahin tahajjudnya, maka Allah yang jadi pelindung kita. kenapa?, karena kita serius nyari Allah, selama ini kita tidak serius nyari Allah, buktinya sampai umur kita begini kita masih sering menjadi hamba yang merintah Allah, kita masih sering menjadi manusia yang merintah Kholiqnya, kita suruh Allah untuk menuggu kita, kita beri perintah Allah perintah tunggu. Adzan berkumandang.. Allahu Akbar. Allahu Akbar , kemana kita, tunggu ya robb saya lagi di tol, tunggu ya robb saya lagi dagang ,tunggu ya robb saya lagi usaha, tunggu ya robb saya lagi dipasar, tunggu ya robb saya lagi belanja, tunggu ya robb saya lagi didapur, tunggu ya robb saya lagi di mall. Allah kita suruh nunggu hingga begini nih kita punya urusan.

Kisah di atas adalah sedikit dari perjalanan hidup seorang ustad yang kita kenal dengan ceramah-ceramahnya tentang sedekah, ya.. dialah ustad Yusuf Mansur yang menceritakan tentang kisah hidupnya saat meminta nasehat pada seorang ulama kharismatik asal betawi Alm. K.H Syafi’i Hadzami, kisah ini dituturkannya pada 1 Muharram 1430H saat ceramah di al 'Asyirotus Syafi'iyyah.

Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa penting sekali untuk mengerjakan sholat tepat waktu ( berjama'ah ), agar kita tidak termasuk golongan hamba Allah yang berani merintah Kholiqnya, dan kembangkanlah sayap sholatmu, iringi sholat fardhu dengan sholat sunnah rowatib agar kita juga tidak diibaratkan sebagai burung yang Malas atau yang Bodoh.

Diantara keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut, Nabi juga pernah mengatakan :
“Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya` dan dua rakaat sebelum subuh” (HR. At-Tirmizi no. 379 dan An-Nasai no. 1772 dari Aisyah).