Jumat, 15 Juli 2011

Antara Kenangan Dan Taqdir


“ Sesungguhnya setiap Manusia mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah bahagia...... “
(Shahih Muslim).

Apa yang terlintas di benak kita pada sebuah kata, yaitu: “kenangan”? jawabannya mungkin Manis ingin merasakannya kembali, Pahit hanya tuk dijadikan Kenangan, kebersamaan kita kepada orang-orang yang pernah singgah di masa lalu sepertinya tak akan hilang. Mereka akan meninggalkan jejak-jejak kenangan di hati. Dan hanya kenangan-kenangan indahlah yang senantiasa ingin dimunculkan kembali bersama senyum yang terukir meski sedang sendiri. Sementara kenangan-kenangan yang pahit sebisa mungkin untuk membuangnya jauh-jauh.

Setiap memasuki fase baru dalam kehidupan, pasti ada fase yang telah kita lewati sebelumnya. Baik itu bersama Keluarga, Teman, Sahabat, Pacar ataupun manusia dengan alam sekitarnya. Adalah sangat amat penting untuk memberikan tempat khusus kepada masa lalu dan kenangan, terlepas dari apakah itu kenangan indah atau kenangan tidak indah, untuk itulah kita wajib memaknai dan menghargai hidup dengan sebaik-baiknya.

Mengingat kembali kenangan membuat kita merasa hadir dan kembali ke masa-masa di saat kita menjalaninya dulu. Masih jelas teringat di otak kita kenangan indah pada masa kanak bermain dan menangis bersama kawan sepermainan sampai pada detik-detik terakhir pada setiap masa-masa peralihan hingga sekarang. ketika seseorang mengatakan: hei, aku teringat dulu aku pernah sama-sama belajar di pesantren dengan dia, hei, dulu aku pernah suka padanya, Atau, hei, kita kan pernah sama-sama bekerja diperusahaan  itu. terukir manis senyum di bibir yang mengilustrasikan bentuk kebahagiaan sekalipun itu pahit maka jika kita telah melewatinya akan terasa indah untuk dikenang.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak akan pernah tahu (menghargai) apa yang kita miliki sekarang sampai kita kehilangannya. Yang menjadi special meskipun kenangan itu buruk sekalipun namun kita tetap merasa indah bila mengenangnya adalah, “karena kenangan tidak akan pernah terulang kembali dan akan mejadi batu loncatan untuk dapat hidup lebih maju di hari ini dan hari yang akan datang. Menjadi sebuah kenangan, history, yang akan melengkapi kekinian kita dan membekali masa depan kita”.

Satu hal yang mesti kita hayati, dalam al Qur’an Allah berfirman: “Tak akan ada suatu apapun yang menimpa kita kecuali apa-apa yang telah Allah tuliskan untuk kita”.

Antara Kenangan dan Taqdir tentu mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya bagi masa depan yang akan kita tempuhi. “Yesteday, Today and Tomorrow” mereka adalah satu saudara yang tak dapat terpisahkan oleh angin puting beliung sekalipun. Bagaimanapun manusia tidak akan pernah lepas dari masa lalu dan masa depannya. Toh manusia sudah ada garis hidupnya kan.., lantas bagaimana?.

Firman Allah: “ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikaan itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-Hajj: 70). Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhuma berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda, ” Allah telah menulis ketentuan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selang waktu lima puluh ribu tahun.” (HR. Muslim). Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut, “Tulislah”. Kemudian qalam berkata, “Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud). Subhanalllah.

Dalil di atas menunjukan bahwa takdir segala sesuatu sudah ditetapkan Allah sebelum terjadinya segala sesuatu. sudah ditetapkan dan tidak akan berubah dalam dimensi Allah ( ketetapan takdir berdasar ilmu ajali Nya, tidak satupun makhluk yang tahu termasuk Kontingen MalaikatNya sekalipun). diantara bentuk ikhtiar ialah doa, dan dengan doa takdir dapat berubah, dengan berbuat kebajikan dan Saling menjalin silaturahmi antar sesama insan umur bisa bertambah panjang dan Pintu Rezki dibuka selebar-lebarnya.

Jangan pernah menyesal pada kenangan ataupun peristiwa apa saja yang pernah kita alami (sekalipun itu pahit), terhadap apa yang menimpa diri kita (sekalipun perih). Kata Nabi, “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan jangan kamu malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya). karena ucapan”seandainya” itu akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim).

Itulah takdir dalam dimensi manusia, sesuatu yang sudah dipastikan akan terjadi yang secara logika tak mungkin tertolak, misalkan ada orang yang sakit dan menurut dokter tinggal menunggu waktu saja ajalnya dan tidak mungkin disembuhkan lagi penyakitnya. Tapi, dengan doa dan ikhtiar yang tak putus siapa tahu terjadi keajaiban dan yang bersangkutan ternyata sembuh. Inilah maksud doa yang juga merupakan ikhtiar manusia mampu menolak atau merubah takdir.

Masa Lalu, Masa Sekarang dan Masa yang akan datang akan menjadi tonggak awal untuk kita melangkah lebih Maju. Langkahkan kakimu dan berpeganglah pada suatu kebenaran Islam yang selalu kita yakini. Yakinlah. Taqdir baik maupun taqdir buruk semuanya adalah baik untuk kita. Kullu maa qodarallah Khoir, InsyaAllah.

Wallahu a'lam.



posted : http://www.eramuslim.com/oase-iman/muhammad-hafizh-el-yusufi-antara-kenangan-dan-taqdir.htm

Jumat, 08 Juli 2011

Kembangkan Sayap Sholatmu



Suatu hari seorang pemuda yang sedang dilanda problematika hidup datang ke sebuah pesantren untuk meminta nasehat pada seorang ulama, pemuda ini sampai di pesantren pukul 13.30, setelah melakukan sholat dzuhur kemudian pemuda ini menemui Mu’allim dan bercerita tentang masalah yang dihadapinya, Mu’allim kemudian bertanya :
Mu’allim : " Tadi sholat dzuhurnya jam berapa "
Pemuda : " Saya barusan saja sholat dzuhur "
jawab pemuda yang memang baru datang ke pesantren pukul 13.30, dan baru saja melaksanakan sholat dzuhur.
Mu’allim : " Pantes, pertolongan Allah jauh bener, jarak Allah dengan kamu seberapa deket sama Allah waktu sholat ", kemudian pemuda ditanya lagi.
Mu’allim : " Tadi sholat dzuhurnya berapa rokaat "
pemuda tahu kalau ini bukan pertanyaan, sebab siapa saja pasti paham kalau sholat dzuhur itu empat rokaat.
Pemuda : " Empat rokaat ", jawab pemuda
Mu’allim : " Jadi tadi empat rokaat sholatnya "
Pemuda : " benar ya mu’allim "
Mu’allim : " Pantes, sholatnya tidak ada sayapnya, sholat dzuhur yang bener itu delapan, dua qobliyahnya dan dua ba'diyahnya ". kemudian muallim bertanya lagi,
Mu’allim : " Burung, burung apa yang dia punya sayap tapi dia tidak terbang , ada dua, kata muallim
1. Burung tau tidak kalau dia punya sayap, kalau dia tau dia punya sayap tapi dia       tidak pakai kedua sayapnya untuk terbang itu namanya burung MALAS.
2. Burung tau tidak kalau dia punya sayap, kalau dia tidak tau bahwa dia punya         sayap, padahal sayap itu nempel di badannya, lantaran itu juga dia tidak terbang, itu namanya burung BODOH ".
Mu’allim : " kamu termasuk yang MALAS atau termasuk yang BODOH "
Pemuda : " subhanalloh, hari itu saya belajar tentang satu dosa, dosa tauhid bahwa tidak berdiri La Ilaha Illa Allah tanpa Muhammad Rosulullah, tidak berdiri yang wajib tanpa yang sunnahnya, bener2 saat itu saya beristighfar pada Allah, Ya Robb maafin saya, solusi saya kejar diriMu tidak saya kejar, jawaban saya buru Engkau yang mempunyai jawaban saya lalaikan, saya punya yang wajib berantakan apalagi yang sunnah". sesal pemuda dalam hatinya.
kemudian muallim bertanya lagi
Mu’allim : " Sudah dicari kemana saja itu urusan "
Pemuda : " Kemana saja sudah saya cari "
Mu’allim : " Ya sudah, sekarang cari di kamar, kalau di kamar nanti diantar sama Allah "
Serahin sama Allah semua urusan kita, sudah beres yang wajibnya, qobliyah dan ba'diyah juga beres, tambahin tahajjudnya, maka Allah yang jadi pelindung kita. kenapa?, karena kita serius nyari Allah, selama ini kita tidak serius nyari Allah, buktinya sampai umur kita begini kita masih sering menjadi hamba yang merintah Allah, kita masih sering menjadi manusia yang merintah Kholiqnya, kita suruh Allah untuk menuggu kita, kita beri perintah Allah perintah tunggu. Adzan berkumandang.. Allahu Akbar. Allahu Akbar , kemana kita, tunggu ya robb saya lagi di tol, tunggu ya robb saya lagi dagang ,tunggu ya robb saya lagi usaha, tunggu ya robb saya lagi dipasar, tunggu ya robb saya lagi belanja, tunggu ya robb saya lagi didapur, tunggu ya robb saya lagi di mall. Allah kita suruh nunggu hingga begini nih kita punya urusan.

Kisah di atas adalah sedikit dari perjalanan hidup seorang ustad yang kita kenal dengan ceramah-ceramahnya tentang sedekah, ya.. dialah ustad Yusuf Mansur yang menceritakan tentang kisah hidupnya saat meminta nasehat pada seorang ulama kharismatik asal betawi Alm. K.H Syafi’i Hadzami, kisah ini dituturkannya pada 1 Muharram 1430H saat ceramah di al 'Asyirotus Syafi'iyyah.

Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa penting sekali untuk mengerjakan sholat tepat waktu ( berjama'ah ), agar kita tidak termasuk golongan hamba Allah yang berani merintah Kholiqnya, dan kembangkanlah sayap sholatmu, iringi sholat fardhu dengan sholat sunnah rowatib agar kita juga tidak diibaratkan sebagai burung yang Malas atau yang Bodoh.

Diantara keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena manusia tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut, Nabi juga pernah mengatakan :
“Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya` dan dua rakaat sebelum subuh” (HR. At-Tirmizi no. 379 dan An-Nasai no. 1772 dari Aisyah).

Jumat, 24 Juni 2011

Seberapa Pentingkah Shalat Berjama’ah


Ada seorang karyawan sebuah perusahaan, masuk kerja hanya seminggu sekali karena ia pemalas. Ketika manager memintanya agar datang tiap hari ia menolak dan mengatakan akan melakukan tugas-tugas kantornya di rumah. Hukuman apa yang pantas bagi karyawan tersebut? Bukankah ia pantas di-PHK?.

Selanjutnya bagaimana halnya dengan seorang muslim yang tidak mau memenuhi panggilan Allah ke masjid untuk shalat berjamaah kecuali sehari dalam seminggu (hari Jum'at), atau sebulan dalam setahun (saat Ramadhan) dan  ia ingin melakukan kewajiban yang agung itu di rumahnya. Pantaskah ia mendapat rahmat Allah?.

Allah lebih agung dari segala sesuatu, meninggalkan shalat berjamaah adalah pertanda lemahnya iman dan kosongnya hati dari mengagungkan Allah. pantaskah seorang muslim yang imannya benar, ketika mendengar seruan sehari lima kali 'hayya alash shalah' dia tidak mendatanginya?.

Pantaskah kita sebagai hamba Allah memberikan perintah kepada Khaliqnya, panggilan Adzan berkumandang tapi kita beri perintah Allah untuk menunggu, Allah disuruh kerja untuk menunggu kita, ketika Adzan berkumandang dengan sengaja kita berkata, tunggu Ya Robb aku lagi nonton tv, tunggu Ya Robb aku lagi dagang, tunggu Ya Robb aku lagi di mall, sudah begitu lemahkah iman kita?.

Dalam Shahih Muslim disebutkan: "Seorang laki-laki buta berkata,
'Wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan orang yang menuntunku ke masjid, apakah aku memiliki rukhshah (keringanan) untuk shalat di rumahku?'Nabi SAW bertanya kepadanya, 'Apakah engkau mendengar panggilan (adzan) untuk shalat?' Ia menjawab, 'ya'. Beliau bersabda, 'Maka penuhilah'."
Didalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam tidak memberikan keringanan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu 'anhu untuk shalat dirumahnya (tidak berjamaah) kendati ada alasan, diantaranya: Keadaan beliau buta, tidak adanya penuntun ke Masjid, jauh rumahnya dari Masjid, adanya pohon-pohon kurma dan lain-lain yang ada diantara rumah beliau dan Masjid,adanya binatang buas di Madinah. 
Jika orang buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya diharuskan shalat berjamaah, apalagi untuk orang yang sehat, bisa melihat dan tak memiliki udzur?.
 
Dalil pentingnya sholat berjama’ah ?
 
Dalil dari Al-Qur'an
1.Firman Allah:
"Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud maka mereka tidak kuasa (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera." (Al-Qalam:42-43).
Ka'b Al-Ahbar berkata, 'Demi Allah, ayat di atas tidak diturunkan kecuali bagi orang-orang yang meninggalkan shalat berjamaah'.
2. Allah berfirman:
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." (Al-Baqarah: 43).
Ayat di atas adalah dalil tentang keharusan berjamaah dan keharusan menyertai orang-orang yang shalat. Seandainya yang dimaksud sekedar mendirikan shalat (bukan berjamaah) tentu cukup dengan awal firmanNya: "Dan dirikanlah shalat."
3. Allah berfirman:
"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabat mu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu..." (An-Nisa': 102).
       Seandainya Allah tidak mewajibkan shalat berjamaah, maka para pasukan yang terancam diserang musuh tentu lebih utama untuk diperkenankan meninggalkan shalat berjamaah. Tetapi kenyataannya, berdasarkan ayat di atas Allah tetap mewajibkan mereka shalat berjamaah.
 
Dalil dari As-Sunnah
1. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Siapa yang mendengar seruan (adzan untuk) shalat dan tidak ada suatu udzur  pun yang menghalanginya (tetapi ia tetap tidak memenuhinya), niscaya shalat yang ia lakukan tidak diterima. Ditanya kan, 'Apakah udzurnya itu wahai Rasulullah?... Beliau bersabda, 'Rasa takut dan sakit'."
(HR. AbuDaud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya, Shahihul Jami', 6176).

Dalil dari Perkataan Para Sahabat
1. Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih- nya, Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu berkata:
  "Sungguh kalian telah menyaksikan bahwa tidaklah meninggalkan shalat berjamaah kecuali orang munafik yang nyata kemunafikannya. Dan dulu, sungguh pernah ada laki-laki yang dibawa (ke masjid) dengan dipapah dua orang dan didirikan di dalam barisan (shaf shalat)."
2.  Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
   "Penuhnya telinga anak Adam dengan timah yang mendidih lebih baik baginya daripada ia mendengar seruan (adzan) tetapi ia tidak memenuhinya." (Al Kabair, karangan Imam adz Dzahabi)
3.       Abdullah bin Umar radhiallahu anhu berkata:
   "Jika kami kehilangan seorang laki-laki dalam shalat Shubuh dan      Isya' maka kami bersangka buruk kepadanya."
(Shahihut Targhib wat Tarhib , 411)

Perkataan Para Ulama Tentang Meninggalkan Shalat Berjamaah
1. Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Saya tidak menganggap ada  rukhshah (keringanan) untuk meninggalkan shalat berjamaah bagi orang yang mampu melakukannya tanpa ada udzur . (Al-Umm, I/154). Beliau juga berkata: "Hendaknya anak-anak diperintahkan datang ke masjid dan berjamaah agar terbiasa." (Al-Iqna', I/151).
2. Imam Nawawi, ulama dari kalangan madzhab Syafi'i berkata: "Shalat berjamaah adalah fardhu 'ain, tetapi ia tidak merupakan syarat shahnya  shalat." (Al-Majmu' , IV/75). Pendapat shalat berjamaah adalah fardhu 'ain juga datang dari  ulama Syafi'i muta'akhkhirin yang lain, seperti Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnul Mundzir dan Ibnu Hibban. ( Fathul Bari, II/126)
3.  Abu Sulaiman Al-Khaththabi rahimahullah berkata: "Sesungguhnya shalat berjamaah adalah wajib. Jika hukumnya sunnah tentu lebih utama bagi orang yang dharurat dan lemah untuk meninggalkannya, juga orang yang keadaannya seperti Ibnu Ummi Maktum."  (Shahihut Targhib wat Tarhib, 246).
4.  Atha' bin Abi Rabah berkata: "Tidak seorang pun dari makhluk Allah, baik di kota maupun di desa memiliki rukhshah untuk meninggalkan shalat berjamaah jika mendengar seruan (adzan)." ( Shahihut Targhib wat Tarhib, 246).

Semangat Para Salaf dalam Shalat Berjamaah
1. Ibnu Al-Musayyib rahimahullah berkata: "Saya tidak pernah ketinggalan  shalat berjamaah selama 40 tahun." (As-Siyar, 4/221).
2.  Dari Utsman bin Hakim, aku mendengar Said bin Al-Musayyib berkata: "Tidaklah mu'adzin mengumandangkan adzan selama 30 tahun, kecuali aku berada di dalam masjid."
(As-Siyar, 221).
3. Waki' bin Al-Jarrah berkata: "Adalah Al-A'masy Sulaiman bin Mahran telah mendekati umur 70 tahun, tetapi ia tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram." (As-Siyar, 6/228).
4. Muhammad bin Al-Mubarak Ash-Shuri berkata: "Jika Said bin Abdul Azis ketinggalan shalat berjamaah, maka ia menangis." (As-Siyar, 8/34)
5. Muhammad bin Khafif rahimahullah memiliki sakit pinggang, jika ia diserang penyakit tersebut ia susah bergerak. Tetapi jika adzan berkumandang ia minta dipanggul di atas punggung orang lain. Suatu kali pernah dikatakan padanya, 'Kenapa engkau tidak mengasihi dirimu?' Beliau menjawab, 'Jika kalian mendengar 'hayya alash shalah' tetapi tidak melihatku di dalam shaf (jamaah) maka carilah aku di kuburan."
6. Bila Al-Aswad An-Nakha'i rahimahullah ketinggalan shalat berjamaah maka beliau pergi ke masjid lain.
    
Di Antara Manfaat Shalat Berjamaah
1. Sebagai ujian bagi hamba untuk mengetahui apakah dia termasuk orang yang mematuhi perintahNya ataukah termasuk orang yang berpaling dan durhaka kepadaNya.
2. Sebagai wahana ta'aruf (perkenalan), persatuan dan ukhuwah Islamiyah, sehingga mereka menjadi seperti satu tubuh atau satu bangunan yang kokoh.
3. Sebagai wahana unjuk kekuatan terhadap orang-orang kafir sehingga mereka takut terhadap kekuatan dan persatuan umat Islam, dll.

Hadits mengenai wajibnya shalat berja-maah dan kewajiban melaksanakannya di rumah Allah sangat banyak Oleh karena itu setiap mu-slim wajib memperhatikan, dan bersegera melak-sanakannya. dan agar mereka menjauhkan diri dari sifat-sifat orang munafik yang tercela, dianta-ranya malas mengerjakan shalat.



Sumber:
Risalah Ajilah ila Jaril Masjid, Muhammad Al-Musnid; Ila Man Takhallafa an Shalatil Jamaah, Hamd Al-Huraiqi; Al-Mutakhallifun an Shalatil Jamaah , Abdul Azis Rawah: Ahammiyatu Shalatil Jama'ah, Dr. Fadhl Ilahi. dll.

Messege From: Rudy Swardani
To: Saksi (E-mail) ; FUPM-EJIP (E-mail)
Subject: [ FUPM-EJIP ] Hukum Sholat Jamaah








Jumat, 10 Juni 2011

Untuk Wanita Hebatku




Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
Walaa aqwa ‘alannaaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
Fainnaka ghofirudz dzanbil ‘adzimi.
Seolah baru kemarin beliau melantunkan sya'ir abu nawas tersebut saat pulang dari mushola setelah sholat shubuh, sungguh dalam sekali makna syair itu jika dipahami,"Ya Allah… tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu, tetapi hamba tiada kuat menerima siksa nerakaMu, Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa.

Tanpa terasa hari ini genap sudah 2 tahun Ibu menghadap sang Khaliq,Rasanya baru kemarin ibu selalu menyiapkan sarapan pagi sebelum aku berangkat ke sekolah, rasanya baru kemarin ibu mencuci bajuku yang kotor penuh dengan lumpur,rasanya baru kemarin ibu merawatku ketika aku sakit, semua itu di jalaninya dengan ikhlas dan penuh kasih sayang.

Masih teringat di benakku, ketika engkau selalu membangunkanku setiap pagi untuk melaksanakan sholat Shubuh. Ketika di sore hari engkau senantiasa mengingatkanku untuk pergi mengaji, ketika engkau menguraikan harapan-harapanmu pada kami anak-anakmu yang sedang engkau didik dan engkau besarkan dalam naungan cintaNya, ketika engkau mengharapkan agar dirumah ini bisa didirikan shalat berjama’ah dengan ayah sebagai imamnya.

Ketika kami beranjak dewasa, saat anak-anakmu harus belajar mencari makna hidup diluar kota, walau kami tahu ada kesedihan di hatimu saat harus mengantar kami, tapi dengan senyuman engkau melepas kepergian kami,dengan do'a dan ridhomu engkau mengiringi perjalanan hidup kami.

Kini dua tahun sudah,tak terdengar lagi lantunan syair Abunawas yang membangunkanku diwaktu shubuh, tak ada lagi yang menyambutku dengan senyumanmu saat aku pulang ke kampung halaman, tak ada lagi tangan-tangan kelembutan yang menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya sebelum beraktifitas.

Kesabaranmu dalam ketaatan melaksanakan ibadah, kelembutan dan kasih sayangmu dalam mendidik, ketegaranmu dalam menghadapi badai kehidupan, semoga bisa menjadi inspirasi bagi anak-anakmu menyusuri kehidupan ini.

Ma'afkan aku Ibu jikalau selama ini aku sering membantah kata-katamu, ma'afkan aku ibu terkadang aku tak menuruti nasehatmu, ma'afkan aku ibu karena sampai Sang Khaliq menjemputmu aku belum sempat membalas semua pengorbananmu untuk anak-anakmu & aku belum sempat membahagiakan hidupmu didunia ini.

Allahummaghfirlii wa liwaalidayya warkhamhuma kama robbayaani shogiiro
Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku seperti mereka mengasihiku sewaktu aku masih kecil.

Senin, 30 Mei 2011

JALAN KEHIDUPAN



Tak selamanya jalan lurus yang akan kita tempuh
Terkadang kita harus memutar arah tuk terus melangkah
Tak selalu cuaca cerah menemani langkah kita
Terkadang kita harus melewati teriknya mentari, atau
Melawan derasnya hujan tuk bisa sampai tujuan



Saat langkah semakin berat tuk mendaki
Saat beban terasa berat tuk dipikul
Saat alam seakan tak bersahabat menemani
Mungkin kita harus berhenti sejenak
Melepas lelah yang hinggap di kaki
Menenangkan fikiran yang dipenuhi masalah
Menundukkan hati sambil mengucap nama-namaMu yang indah


YAA HAADII, IHDINASH SHIROTHOL MUSTAQIM.
Wahai yang MAHA Memberi petunjuk, tunjukkanlah kepadaku jalan Mu yang lurus
YAA NUUR, NAWWIR QULUUBANAA BIHIDAAYATIKA
Wahai yang MAHA Bercahaya, sinarilah hatiku dengan petunjukMu
YAA ALIIM, A’LIMNAA MAA LAA NA’LAM
Wahai yang MAHA Mengetahui, beritahukanlah kepadaku apa yang tidak aku mengetahuinya
YAA MUQIITU A’THINAA QUWWATAKA LAA HAULA WALAA QUWAATA ILLABIKA
Wahai yang MAHA Memberi kekuatan, berikanlah aku kekuatan, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Engkau
YA QOYYUUM, AQIMNAA BIL ISTIQOOMAH
Wahai yang MAHA Tegak, tegakkanlah hatiku dengan konsisten
YA SYAKUR, A’INNAA ‘ALAA SYUKRIKA
Wahai yang MAHA Menerima syukur, berikanlah aku kesanggupan untuk selalu bersyukur kepadaMu
YAA SHABUUR, IJ’ALNAA SHAABIRIINA.
Wahai yang MAHA Penyabar, jadikanlah aku orang-orang yang selalu bersabar
YA KARIIMU AKRIMNAA BITTAQWAA
Wahai yang MAHA Mulia, muliakanlah aku dengan ketaqwaan
YA MUJIIBU AJIB DA’WATANAA WAQDHI HAWAAIJANAA
Wahai yang MAHA Mengabulkan, kabulkanlah do’aku, luluskanlah semua keperluanku. AMiin..

Minggu, 29 Mei 2011

Mari Kita Raih Kemenangan



Hayya ‘ala shalaah… hayya ‘ala-l fallaah… Suara azan shubuh dari mesjid terdengar merdu memanggil kita. Berapa banyak dari kita yang datang ke mesjid? Berapa banyak shaf-shaf di mesjid terisi? Mesjid sepi.

Tak berapa lama kemudian, hari masih sangat pagi, semua penghuni rumah bergegas keluar rumah, jalanan menjadi ramai, lalu lintas padat, angkutan umum penuh sesak... . hendak kemana kita? Tujuan kita ke tempat kerja.
Waktu zuhur dan ashar pun tiba, dan kita memilih tenggelam dengan pekerjaan kita, sibuk di depan komputer, mengikuti meeting panjang, menggarap proyek besar… Shalat zuhur dan ashar kita tunda-tunda, kita kerjakan shalat di akhir waktu…
Bagaimana dengan maghrib dan isya? Ah, kita sangat lelah, tenaga kita rasanya habis terkuras, shalat pun rasanya amat berat…
Inikah potret kehidupan kita? Inikah realitanya? Apakah pekerjaan menjadi prioritas kita? Shalat kita lalaikan? Sebenarnya apa yang kita tunggu-tunggu dalam hidup ini? Tak lain, kita semua sedang menunggu kematian…Dan setelah kematian, amalan apakah yang pertama kali dihisab oleh Allah? Ya, shalat adalah amalanyangpertama kalidihisab oleh Allah!
Betapa ingin kita datang tepat waktu ke kantor, betapa ingin kita dilihat oleh atasan sebagai karyawan yang bekerja dengan sungguh-sungguh, kita tidak ingin dicap pemalas, kita sangat peduli dengan perasaan atasan kita, tapi… mengapa kita tidak peduli dengan “perasaan”Allah? Pernahkah terpikir oleh kita bagaimana “perasaan” Allah saat kita selalu terlambat menghadap-Nya, mengakhir-akhirkan waktu shalat, bahkan ketika shalat kita masih saja memikirkan dunia… Padahal yang memberi rizki untuk kita bukan atasan kita, tetapi Allah.
Mungkin kita bertanya, bukankah bekerja adalah ibadah? Benar, bahwa bekerja adalah ibadah, tapi apakah dibenarkan jika bekerja memalingkan ibadah kita kepada Allah? Sungguh, betapa Allah sangat sayang kepada kita, dan betapa Allah sangat mengerti kebutuhan kita. Lihatlah rentang waktu yang panjang antara shalat shubuh dan zuhur, Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk sibuk dengan dunia, untuk mencari sebagian karunia-Nya. Dan juga rentang waktu yang panjang antara isya dan shubuh adalah waktu istirahat yang diberikan Allah kepada kita setelah kita seharian lelah bekerja.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan Hadist yang menegaskan betapa agungnya kedudukan shalat. Allah Swt berfirman:
Bacalah apa yang telah diwahyukan padamu yaitu al kitab (Al-Qur’an) dan dirikan shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-prbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S. Al-Ankabut [29]:45)
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (Q.S Al-Ma’arij [70]:34-35)
Telah datang seorang lelaki dan bertanya kepada Rasulullah Saw. “Wahai Rasulullah amal ibadah apa yang paling dicintai Allah dalam Islam?”, Rasulullah bersabda, “Shalat di awal waktu, dan siapa yang meninggalkan shalat maka tidak ada agama baginya, dan shalat adalah tiang agama. (H.R Baihaqi)
Shalat juga merupakan pesan terakhir Rasulullah, sebelum wafat Rasulullah terus mengucapkan “As-shalah! As-shalah! Wa maa malakat aymanukum.” (Shalat! Shalat Dan para budak) (H.R Ibnu Dawud)
Saudaraku tercinta, sebelum kita dihisab Allah, sebelum tiba hari dimana harta dan anak tak lagi berguna, marilah kita hisab terlebih dahulu diri kita, kita hisab amalan shalat kita.

Marilah kita pelihara shalat kita, jadikan shalat sebagai prioritas pertama hidup kita, maka sungguh kita akan meraih kemenangan, yaitu kekal di dalam surga-Nya.Hayya ‘ala shalaah… Hayya ‘ala-l fallaah…

                                                                           posted http://www.eramuslim.com/oase-iman/silvani-mari-kita-raih-kemenangan.htm

Daftar Pustaka Al-Rasyid Muhammad ibn Khalid, Syami Ahmad Shaleh.“Min Akhta al-Mushallin assholah assholah (akhir maa takallama bihi anabii)”. Diterjemahkan oleh: Rapung Samuddin, Nasrullah Jasam dengan judul: Shalat yang Menangis”.2010. Jakarta:tuhifa media.

Jumat, 27 Mei 2011

Sebuah Catatan Untuk Sang Pengisi Hati

Wahai yang mengisi hatiku
Namamu terukir indah disudut hatiku
Mengisi ruang hati yang kosong dalam kehampaan
Wahai yang mengisi hatiku
Namamu selalu hadir dalam setiap rangkaian do'aku
Menemani hati yang terasa sepi dalam keramaian


Robb..
Jika Engkau taqdirkan aku bersamanya
Ingin kubasahi lisan ini dengan Dzikirku bersamanya
Ingin kulewati malam dengan sujudku bersamanya
Ingin kuisi hari dengan ibadahku bersamanya
Ingin kuhabiskan sisa hidupku dengan amalku bersamanya


Robb...
Seandainya telah Engkau catatkan
Dia menjadi temanku dalam menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi


Tetapi ya Robb...
Seandainya telah Engkau taqdirkan Dia tidak bersamaku
Peliharalah hatiku dari kekecewaan
Yakinkanlah aku dengan takdirMu
Tuntunlah langkahku untuk selalu dijalanMu


Robb..
Gantikanlah yang telah hilang
Walaupun tidak sama dengan dirinya
Sesungguhnya apa yang telah Engkau taqdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini


Satu membuat hati ini yakin Ya Robb..
FirmanMu dalam Q.S 2:216
"Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu,sesungguhnya Allah Maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".


Robb..
Cukupkan rasa cinta dihati ini hanya untukMU